Thursday, February 9, 2012

KabarIndonesia - Peringatan Maulid Nabi memang menjadi salah satu agenda dalam kalender tahunan yang saat ini jatuh pada tangga 5 Februari 2012. Momentum memperingati ulang tahun Nabi Muhammad sebagai lembaran sejarah ulang agar kita tidak melupakan akan kelahiran Muhammad. Maka dari itu, sejenak menengok asal-muasal, dan mari kita sejenak menghembuskan nafas sembari melonggarkan senyum kecut serta melenturkan segala kerut wajah kekecewaan yang mendalam terhadap aneka ragam yang membuat negeri pertiwi sakit keras, akibat dihajar dengan bertubi-tubinya kasus-kasus yang kerap memelit bahkan mencemari roda kehidupan yang menguntungkan untuk sesama. Bukan malah menebar kerugian yang menyebabkan kesenjangan berkepanjangan. Melalui peristiwa kelahiran Muhammad yang jatuh pada bulan 12 Rabi’ul Awwal (20 April 517 M), tepatnya pada tahun Gajah (Fill), yang suatu saat (pada zaman itu) dapat menjadi suri tauladan umat seluruh dunia dan sebagai bapak pendobrak zaman kejahiliaan yang bisa dikatakan tidak berprikemanusiaan kepada orang-orang kecil, salah satu sorot problem perbudakan merajalela khususnya perbudakan wanita (baca: sirah an-nabawiyah). Pada masa itu, Ka’bah sebagai kiblat umat Islam hingga saat ini, ingin dihancurkan atas perintah Abrahah, Gubernur Yaman kala itu menduduki kerajaan Abbesinia. Namun, dalam sejarahnya, Abrahah beserta pasukkannya diterjang batu neraka oleh sekumpulan burung Ababil, yang juga dikupas dalam surat Al-Fill (105): 1-5. Hingga saat ini umat Islam dapat leluasa menempuh ritual haji kapan saja, selagi mampu sebagai rukun Islam ke 5. Tauladan Umat Tidak salah, pada Muhammad-lah kita belajar tentang segala perbuatan baiknya yang terbungkus dalam empat macam; shiddiq, amanat, tabligh, fathonah. Muhammad juga cahaya dunia yang memberikan penerang dikegelapan. Beliau sebagai uswatun hasanah agar pemimpin di negeri ini tidak sengaja melupakan sumpah yang dulu terucap atas nama Allah dan dihadapan ayat suci al-Quran. Agar nuansa politik yang sengaja ditopengi dengan sandiwara, menjadi politik kemanusiaan yang bermartabat, berkeadilan yang tidak hanya kenal dengan saudagar kaya, melainkan mampu terjun di tengah keterlebitan ekonomi rakyat yang terhimpit dalam kubangan korupsi. Mampu mendobrak budaya kolusi, mampu bergerak menumpas nepotisme, mampu memberantas monopoli kekuasaan pada akhirnya rakyat hanya menerima getah, dan tangis yang tak kunjung reda. Peringatan lain atas perayaan Maulid Nabi sebagai representasi atas ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah SWT. Beliau juga sebagai Tauladan Umat. Di tengah krisis kepercayaan publik akibat sosok elit pejabat yang masih terpasung kepentingan di negeri ini, maka Muhammad-lah sebagai representasi untuk menjadi cerminan, agar rakyat tidak mudah ditelantarkan hak-haknya. Negeri ini yang telah lama terjerembab pada selogan pungli-isme, suap-isme, korupsi-isme yang menjadi virus terhadap fleksibelitas dan stabilitas demi sebuah tanggung jawab (amanat) dari pejabat dipelbagai institusi pemerintah ataupun penegak hukum. Yang terpenting juga adalah perayaan maulid nabi sebagai ajang refleksi untuk tidak melelapkan rasa cintanya kepada Muhammad, rasul Umat Islam. Walaupun perayaan maulid nabi masih saja dalam dunia perdebatan antar kubu silang pendapat (masih alot ) melebar ke media publik. Sejatinya warna perbedaan sudut pandang (different points of view) sebagai term rahmat, kiranya tidak memasung ijtihad dalam mentradisikan maulid nabi sebagai suatu kecintaan kepada kanjeng nabi Muhammad. Bermaksud mengenyampingkan sudut pandangan pemikiran lainnya, berarti tidak mau menerima perbedaan. Tak ayal, ruang keyakinan legitimasi individu dijadikan wadah untuk besikap egoisentris (terlalu getas yang eksklusif), karena pemikirannya tak mau dijadikan kotoran intelektual. Masalah merayakan maulid nabi memang bukan hal musyrik, bukan? Tentu sebagian yang tidak suka maulid bisa saja (kemungkinan) sengaja mengepulkan asap tebal pertikaian antar umat Islam. Bertikai dan bertengkar atas nama kekuasaan berlabelkan tentara Tuhan, bukanlah ciri-ciri orang Islam sebenarnya. Sekali lagi, bagi yang ingin merayakan maulid, silahkan. Tak ada larangan. Hal lain, jangan ada lagi hinaan, makian, cercaan, atau bahkan murah mengatakan haramnya memeriahkan maulid nabi. O, bagi saya pemikiran orang tersebut saya anggap sangat-sangat sempit sekali. Janganlah saling bermusuhan di antara kita (sebagai orang Islam). Kita tentu tetap ingin bersatu padu, kuat dan kokoh untuk menuju masa depan yang gemilang atas ridha-Nya. Ini hanya tulisan kecil dari saya. Selamat bermaulid ria. Dan akhirnya, Wallahu a’lam bish-shawabin. (*) Penulis Alumnus Pond. Pest. Al-Amien Prenduan Sumenep Madura KabarIndonesia - Peringatan Maulid Nabi memang menjadi salah satu agenda dalam kalender tahunan yang saat ini jatuh pada tangga 5 Februari 2012. Momentum memperingati ulang tahun Nabi Muhammad sebagai lembaran sejarah ulang agar kita tidak melupakan akan kelahiran Muhammad. Maka dari itu, sejenak menengok asal-muasal, dan mari kita sejenak menghembuskan nafas sembari melonggarkan senyum kecut serta melenturkan segala kerut wajah kekecewaan yang mendalam terhadap aneka ragam yang membuat negeri pertiwi sakit keras, akibat dihajar dengan bertubi-tubinya kasus-kasus yang kerap memelit bahkan mencemari roda kehidupan yang menguntungkan untuk sesama. Bukan malah menebar kerugian yang menyebabkan kesenjangan berkepanjangan. Melalui peristiwa kelahiran Muhammad yang jatuh pada bulan 12 Rabi’ul Awwal (20 April 517 M), tepatnya pada tahun Gajah (Fill), yang suatu saat (pada zaman itu) dapat menjadi suri tauladan umat seluruh dunia dan sebagai bapak pendobrak zaman kejahiliaan yang bisa dikatakan tidak berprikemanusiaan kepada orang-orang kecil, salah satu sorot problem perbudakan merajalela khususnya perbudakan wanita (baca: sirah an-nabawiyah). Pada masa itu, Ka’bah sebagai kiblat umat Islam hingga saat ini, ingin dihancurkan atas perintah Abrahah, Gubernur Yaman kala itu menduduki kerajaan Abbesinia. Namun, dalam sejarahnya, Abrahah beserta pasukkannya diterjang batu neraka oleh sekumpulan burung Ababil, yang juga dikupas dalam surat Al-Fill (105): 1-5. Hingga saat ini umat Islam dapat leluasa menempuh ritual haji kapan saja, selagi mampu sebagai rukun Islam ke 5. Tauladan Umat Tidak salah, pada Muhammad-lah kita belajar tentang segala perbuatan baiknya yang terbungkus dalam empat macam; shiddiq, amanat, tabligh, fathonah. Muhammad juga cahaya dunia yang memberikan penerang dikegelapan. Beliau sebagai uswatun hasanah agar pemimpin di negeri ini tidak sengaja melupakan sumpah yang dulu terucap atas nama Allah dan dihadapan ayat suci al-Quran. Agar nuansa politik yang sengaja ditopengi dengan sandiwara, menjadi politik kemanusiaan yang bermartabat, berkeadilan yang tidak hanya kenal dengan saudagar kaya, melainkan mampu terjun di tengah keterlebitan ekonomi rakyat yang terhimpit dalam kubangan korupsi. Mampu mendobrak budaya kolusi, mampu bergerak menumpas nepotisme, mampu memberantas monopoli kekuasaan pada akhirnya rakyat hanya menerima getah, dan tangis yang tak kunjung reda. Peringatan lain atas perayaan Maulid Nabi sebagai representasi atas ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah SWT. Beliau juga sebagai Tauladan Umat. Di tengah krisis kepercayaan publik akibat sosok elit pejabat yang masih terpasung kepentingan di negeri ini, maka Muhammad-lah sebagai representasi untuk menjadi cerminan, agar rakyat tidak mudah ditelantarkan hak-haknya. Negeri ini yang telah lama terjerembab pada selogan pungli-isme, suap-isme, korupsi-isme yang menjadi virus terhadap fleksibelitas dan stabilitas demi sebuah tanggung jawab (amanat) dari pejabat dipelbagai institusi pemerintah ataupun penegak hukum. Yang terpenting juga adalah perayaan maulid nabi sebagai ajang refleksi untuk tidak melelapkan rasa cintanya kepada Muhammad, rasul Umat Islam. Walaupun perayaan maulid nabi masih saja dalam dunia perdebatan antar kubu silang pendapat (masih alot ) melebar ke media publik. Sejatinya warna perbedaan sudut pandang (different points of view) sebagai term rahmat, kiranya tidak memasung ijtihad dalam mentradisikan maulid nabi sebagai suatu kecintaan kepada kanjeng nabi Muhammad. Bermaksud mengenyampingkan sudut pandangan pemikiran lainnya, berarti tidak mau menerima perbedaan. Tak ayal, ruang keyakinan legitimasi individu dijadikan wadah untuk besikap egoisentris (terlalu getas yang eksklusif), karena pemikirannya tak mau dijadikan kotoran intelektual. Masalah merayakan maulid nabi memang bukan hal musyrik, bukan? Tentu sebagian yang tidak suka maulid bisa saja (kemungkinan) sengaja mengepulkan asap tebal pertikaian antar umat Islam. Bertikai dan bertengkar atas nama kekuasaan berlabelkan tentara Tuhan, bukanlah ciri-ciri orang Islam sebenarnya. Sekali lagi, bagi yang ingin merayakan maulid, silahkan. Tak ada larangan. Hal lain, jangan ada lagi hinaan, makian, cercaan, atau bahkan murah mengatakan haramnya memeriahkan maulid nabi. O, bagi saya pemikiran orang tersebut saya anggap sangat-sangat sempit sekali. Janganlah saling bermusuhan di antara kita (sebagai orang Islam). Kita tentu tetap ingin bersatu padu, kuat dan kokoh untuk menuju masa depan yang gemilang atas ridha-Nya. Ini hanya tulisan kecil dari saya. Selamat bermaulid ria. Dan akhirnya, Wallahu a’lam bish-shawabin. (*) Penulis Alumnus Pond. Pest. Al-Amien Prenduan Sumenep Madura KabarIndonesia - Peringatan Maulid Nabi memang menjadi salah satu agenda dalam kalender tahunan yang saat ini jatuh pada tangga 5 Februari 2012. Momentum memperingati ulang tahun Nabi Muhammad sebagai lembaran sejarah ulang agar kita tidak melupakan akan kelahiran Muhammad. Maka dari itu, sejenak menengok asal-muasal, dan mari kita sejenak menghembuskan nafas sembari melonggarkan senyum kecut serta melenturkan segala kerut wajah kekecewaan yang mendalam terhadap aneka ragam yang membuat negeri pertiwi sakit keras, akibat dihajar dengan bertubi-tubinya kasus-kasus yang kerap memelit bahkan mencemari roda kehidupan yang menguntungkan untuk sesama. Bukan malah menebar kerugian yang menyebabkan kesenjangan berkepanjangan. Melalui peristiwa kelahiran Muhammad yang jatuh pada bulan 12 Rabi’ul Awwal (20 April 517 M), tepatnya pada tahun Gajah (Fill), yang suatu saat (pada zaman itu) dapat menjadi suri tauladan umat seluruh dunia dan sebagai bapak pendobrak zaman kejahiliaan yang bisa dikatakan tidak berprikemanusiaan kepada orang-orang kecil, salah satu sorot problem perbudakan merajalela khususnya perbudakan wanita (baca: sirah an-nabawiyah). Pada masa itu, Ka’bah sebagai kiblat umat Islam hingga saat ini, ingin dihancurkan atas perintah Abrahah, Gubernur Yaman kala itu menduduki kerajaan Abbesinia. Namun, dalam sejarahnya, Abrahah beserta pasukkannya diterjang batu neraka oleh sekumpulan burung Ababil, yang juga dikupas dalam surat Al-Fill (105): 1-5. Hingga saat ini umat Islam dapat leluasa menempuh ritual haji kapan saja, selagi mampu sebagai rukun Islam ke 5. Tauladan Umat Tidak salah, pada Muhammad-lah kita belajar tentang segala perbuatan baiknya yang terbungkus dalam empat macam; shiddiq, amanat, tabligh, fathonah. Muhammad juga cahaya dunia yang memberikan penerang dikegelapan. Beliau sebagai uswatun hasanah agar pemimpin di negeri ini tidak sengaja melupakan sumpah yang dulu terucap atas nama Allah dan dihadapan ayat suci al-Quran. Agar nuansa politik yang sengaja ditopengi dengan sandiwara, menjadi politik kemanusiaan yang bermartabat, berkeadilan yang tidak hanya kenal dengan saudagar kaya, melainkan mampu terjun di tengah keterlebitan ekonomi rakyat yang terhimpit dalam kubangan korupsi. Mampu mendobrak budaya kolusi, mampu bergerak menumpas nepotisme, mampu memberantas monopoli kekuasaan pada akhirnya rakyat hanya menerima getah, dan tangis yang tak kunjung reda. Peringatan lain atas perayaan Maulid Nabi sebagai representasi atas ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah SWT. Beliau juga sebagai Tauladan Umat. Di tengah krisis kepercayaan publik akibat sosok elit pejabat yang masih terpasung kepentingan di negeri ini, maka Muhammad-lah sebagai representasi untuk menjadi cerminan, agar rakyat tidak mudah ditelantarkan hak-haknya. Negeri ini yang telah lama terjerembab pada selogan pungli-isme, suap-isme, korupsi-isme yang menjadi virus terhadap fleksibelitas dan stabilitas demi sebuah tanggung jawab (amanat) dari pejabat dipelbagai institusi pemerintah ataupun penegak hukum. Yang terpenting juga adalah perayaan maulid nabi sebagai ajang refleksi untuk tidak melelapkan rasa cintanya kepada Muhammad, rasul Umat Islam. Walaupun perayaan maulid nabi masih saja dalam dunia perdebatan antar kubu silang pendapat (masih alot ) melebar ke media publik. Sejatinya warna perbedaan sudut pandang (different points of view) sebagai term rahmat, kiranya tidak memasung ijtihad dalam mentradisikan maulid nabi sebagai suatu kecintaan kepada kanjeng nabi Muhammad. Bermaksud mengenyampingkan sudut pandangan pemikiran lainnya, berarti tidak mau menerima perbedaan. Tak ayal, ruang keyakinan legitimasi individu dijadikan wadah untuk besikap egoisentris (terlalu getas yang eksklusif), karena pemikirannya tak mau dijadikan kotoran intelektual. Masalah merayakan maulid nabi memang bukan hal musyrik, bukan? Tentu sebagian yang tidak suka maulid bisa saja (kemungkinan) sengaja mengepulkan asap tebal pertikaian antar umat Islam. Bertikai dan bertengkar atas nama kekuasaan berlabelkan tentara Tuhan, bukanlah ciri-ciri orang Islam sebenarnya. Sekali lagi, bagi yang ingin merayakan maulid, silahkan. Tak ada larangan. Hal lain, jangan ada lagi hinaan, makian, cercaan, atau bahkan murah mengatakan haramnya memeriahkan maulid nabi. O, bagi saya pemikiran orang tersebut saya anggap sangat-sangat sempit sekali. Janganlah saling bermusuhan di antara kita (sebagai orang Islam). Kita tentu tetap ingin bersatu padu, kuat dan kokoh untuk menuju masa depan yang gemilang atas ridha-Nya. Ini hanya tulisan kecil dari saya. Selamat bermaulid ria. Dan akhirnya, Wallahu a’lam bish-shawabin. (*) Penulis Alumnus Pond. Pest. Al-Amien Prenduan Sumenep Madura KabarIndonesia - Peringatan Maulid Nabi memang menjadi salah satu agenda dalam kalender tahunan yang saat ini jatuh pada tangga 5 Februari 2012. Momentum memperingati ulang tahun Nabi Muhammad sebagai lembaran sejarah ulang agar kita tidak melupakan akan kelahiran Muhammad. Maka dari itu, sejenak menengok asal-muasal, dan mari kita sejenak menghembuskan nafas sembari melonggarkan senyum kecut serta melenturkan segala kerut wajah kekecewaan yang mendalam terhadap aneka ragam yang membuat negeri pertiwi sakit keras, akibat dihajar dengan bertubi-tubinya kasus-kasus yang kerap memelit bahkan mencemari roda kehidupan yang menguntungkan untuk sesama. Bukan malah menebar kerugian yang menyebabkan kesenjangan berkepanjangan. Melalui peristiwa kelahiran Muhammad yang jatuh pada bulan 12 Rabi’ul Awwal (20 April 517 M), tepatnya pada tahun Gajah (Fill), yang suatu saat (pada zaman itu) dapat menjadi suri tauladan umat seluruh dunia dan sebagai bapak pendobrak zaman kejahiliaan yang bisa dikatakan tidak berprikemanusiaan kepada orang-orang kecil, salah satu sorot problem perbudakan merajalela khususnya perbudakan wanita (baca: sirah an-nabawiyah). Pada masa itu, Ka’bah sebagai kiblat umat Islam hingga saat ini, ingin dihancurkan atas perintah Abrahah, Gubernur Yaman kala itu menduduki kerajaan Abbesinia. Namun, dalam sejarahnya, Abrahah beserta pasukkannya diterjang batu neraka oleh sekumpulan burung Ababil, yang juga dikupas dalam surat Al-Fill (105): 1-5. Hingga saat ini umat Islam dapat leluasa menempuh ritual haji kapan saja, selagi mampu sebagai rukun Islam ke 5. Tauladan Umat Tidak salah, pada Muhammad-lah kita belajar tentang segala perbuatan baiknya yang terbungkus dalam empat macam; shiddiq, amanat, tabligh, fathonah. Muhammad juga cahaya dunia yang memberikan penerang dikegelapan. Beliau sebagai uswatun hasanah agar pemimpin di negeri ini tidak sengaja melupakan sumpah yang dulu terucap atas nama Allah dan dihadapan ayat suci al-Quran. Agar nuansa politik yang sengaja ditopengi dengan sandiwara, menjadi politik kemanusiaan yang bermartabat, berkeadilan yang tidak hanya kenal dengan saudagar kaya, melainkan mampu terjun di tengah keterlebitan ekonomi rakyat yang terhimpit dalam kubangan korupsi. Mampu mendobrak budaya kolusi, mampu bergerak menumpas nepotisme, mampu memberantas monopoli kekuasaan pada akhirnya rakyat hanya menerima getah, dan tangis yang tak kunjung reda. Peringatan lain atas perayaan Maulid Nabi sebagai representasi atas ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah SWT. Beliau juga sebagai Tauladan Umat. Di tengah krisis kepercayaan publik akibat sosok elit pejabat yang masih terpasung kepentingan di negeri ini, maka Muhammad-lah sebagai representasi untuk menjadi cerminan, agar rakyat tidak mudah ditelantarkan hak-haknya. Negeri ini yang telah lama terjerembab pada selogan pungli-isme, suap-isme, korupsi-isme yang menjadi virus terhadap fleksibelitas dan stabilitas demi sebuah tanggung jawab (amanat) dari pejabat dipelbagai institusi pemerintah ataupun penegak hukum. Yang terpenting juga adalah perayaan maulid nabi sebagai ajang refleksi untuk tidak melelapkan rasa cintanya kepada Muhammad, rasul Umat Islam. Walaupun perayaan maulid nabi masih saja dalam dunia perdebatan antar kubu silang pendapat (masih alot ) melebar ke media publik. Sejatinya warna perbedaan sudut pandang (different points of view) sebagai term rahmat, kiranya tidak memasung ijtihad dalam mentradisikan maulid nabi sebagai suatu kecintaan kepada kanjeng nabi Muhammad. Bermaksud mengenyampingkan sudut pandangan pemikiran lainnya, berarti tidak mau menerima perbedaan. Tak ayal, ruang keyakinan legitimasi individu dijadikan wadah untuk besikap egoisentris (terlalu getas yang eksklusif), karena pemikirannya tak mau dijadikan kotoran intelektual. Masalah merayakan maulid nabi memang bukan hal musyrik, bukan? Tentu sebagian yang tidak suka maulid bisa saja (kemungkinan) sengaja mengepulkan asap tebal pertikaian antar umat Islam. Bertikai dan bertengkar atas nama kekuasaan berlabelkan tentara Tuhan, bukanlah ciri-ciri orang Islam sebenarnya. Sekali lagi, bagi yang ingin merayakan maulid, silahkan. Tak ada larangan. Hal lain, jangan ada lagi hinaan, makian, cercaan, atau bahkan murah mengatakan haramnya memeriahkan maulid nabi. O, bagi saya pemikiran orang tersebut saya anggap sangat-sangat sempit sekali. Janganlah saling bermusuhan di antara kita (sebagai orang Islam). Kita tentu tetap ingin bersatu padu, kuat dan kokoh untuk menuju masa depan yang gemilang atas ridha-Nya. Ini hanya tulisan kecil dari saya. Selamat bermaulid ria. Dan akhirnya, Wallahu a’lam bish-shawabin. (*) Penulis Alumnus Pond. Pest. Al-Amien Prenduan Sumenep Madura http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Muhammad%2C+Teladan+Umat&dn=20120205045920
Link of The Latest Issues http://malaysiakini.com/bm/ http://www.myhackersarehere.com/
Lirik Lagu Obsesiku -Aqasha Matamu…Bibirmu..Pipimu dan Juga Senyum mu Membuat Aku Lebur Hanyut Di Dalam Ghairah Kernamu TubuhMu.. HarumMu.. Hatimu Oh Semua Aku Mahu * Inginku Gigit-Gigit Cuping Telinga Kecilmu Luahkan Perasaanku Membisikan Aku Cinta Kamu Asmara Disetiap Pagi HariMu Dengan Harapan Agar Kau Tahu Semoga Kau Tahu Ku GilakanMu Aura Mu Memujuk Rayu Hatiku Sering Bergoncang Jiwa Ini Siang Malam Ku Gundah Tiada Melihat WajahMu Ku Rindu TubuhMu Harum Mu Hati Mu Oh Semua Aku Mahu
Already in February.

Wednesday, December 9, 2009

technician of ICT